TUGAS KULIAH ONLINE : Filsafat Ilmu

Nama : Masnurdin
Mata kuliah : filsafat ilmu
Jurusan  : psikologi Islam ( PSI A ). 19
Fakultas :Ushuluddin adab dan dakwah
TUGAS KULIAH ONLINE : Filsafat Ilmu

1. Jelaskanlah..!??
A. pengertian filsafat dan filsafat ilmu.
Berdasarkan etimologinya, arti kata “filsafat” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani philoshopia, yangterdiri dari dua kata yaitu Phileinyang artinya cinta (hasrat yang besar atau berkobar-kobar dan bersungguh-sungguh) dan Sophia artinya kebijaksanaan (kebenaran sejati atau sesungguhnya). Jadi secara bahasa, filsafat berarti hasrat atau keinginan sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.

Sedangkan filsafat ilmu ialah tahapan baru dari epistemology (filsafat pengetahuan, teori pengetahuan, theory of knowledge) yang menyelidiki proses keilmuan manusia. Filsafat ilmu adalah bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik membahas tentang hakikat ilmu.Ilmu yang merupakan cabang pengetahuan ilmiah memiliki ciri-ciri tertentu.Atau dengan kata lain bahwa epistemology dan filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat yang memiliki perbedaan pada obyek kajiannya. Epistemology menjadikan pengetahuan sebagai objek kajiannya sedangkan Filsafat Ilmu menjadikan ilmu pengetahuan sebagai objek kajiannya.

B. Ciri-ciri berfikir filsafat.
1. Ciri-Ciri Pemikiran Filsafat
Aspek kedua dari pemikiran rasio kritis itu adalah krisis atau crycis. ...
Berpikir Radikal (radix = akar). ...
kreatif-inovatif. ...
Berpikir Sistematis dan analitis. ...
Berpikir Universal. ...
Komprehensif dan holistik. ...
Berpikir Abstrak. ...
Berpikir Spekulatif

C. Pentingnya filsafat/ ilmu dalam kehidupan...!
Filsafat dalam Kehidupan. ... 
1. Filsafat merupakan studi tentang kehidupan manusia yang pemikirannya dilakukan secara kritis di mana orang yang berpikirfilsafat akan berusaha mencari sebab sedalam-dalamnya tentang segala sesuatu sehingga dapat membuat kesimpulan berdasarkan fakta.
Manfaat belajar filsafat
a. Melatih diri kita untuk berpikir kritis
Mengapa belajar filsafat dapat membuat diri kita kritis? Karena dengan berpikir kritis kita sudah terbiasa dengan pemikirankita sendiri dan tidak mudah terpengaruh terhadap pemikiran orang lain
b. Melatih kita berpikir rasional
Dengan berpikir filsafat kita akan menjadi orang yang terlatih dalam berpikir rasional sehingga bisa memecah memecahkan masalah dalam kehidupan
c. Memperluas wawasan
orang yang belajar filsafat akan terus mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan nya secara mendalam sehingga dapat memperluas wawasan
d. Menemukan kebenaran orang yang belajar filsafat akan menggapai kebenaran karena telah memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam.

2. Jelaskan,korelasi antara ilmu, filsafat dan agama..!!
Hubungan Ilmu, Filsafat dan Agama. ... Kebenaran ilmupengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai dengan saat ini), sedangkan kebenaranfilsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental).
Baik ilmu maupun filsafat atau agama, bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama), yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran, baik tentang alam, manusia dan Tuhan. Demikian pula agama, dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Tuhan. (Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, 1979:  ilmu maupun filsafat, keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu ra’yu manusia (akal, budi, rasio, reason, nous, rede, vertand, vernunft). Sedangkan agama bersumberkan wahyu dari Allah. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empirik) dan percobaan.

3. Dalam kajian filsafat ilmu salah satu tema yang tidak bisa di abai kan adalah terkait dengan ukuran / kriteria kebenaran...!! 
Dalam konteks fislafat ilmu, untuk mencapai kebenaran itu, serendahnya terdapat tiga teori yang berguna untuk mengukur kebenaran. Tiga teori itu adalah: koherensi, korenspondensi dan pragmatisme nasional.

Antara satu teori dengan teori lain memiliki perbedaan paradigma yang cukup kental. Misalnya, teori koherensi lebih mendasarkan diri pada kebenaran rasio, teori korespondensi lebih mendasari diri pada kebenaran factual/ karena data dan fakta memiliki kebenaran objektif pada dirinya, sedangkan kebenaran fungsional lebih menitikberatkan pada fungsi dan kebenaran itu sendiri.

Koherensi, korespondensi dan pragmatisme fungsional masing-masing memiliki fungsi yangberbeda. Antara satu teori dengan teori lain memiliki perbedaan pradigma cukup kental. Misalnya, teori koherensi lebih mendasarkan diri pada kebenaran rasio, teori korespondensi lebih mendasarkan diri pada kebenaran faktual, karena data dan fakta memiliki kebenaran objektif pada dirinya sendiri, sedangkan kebenaran fungsional lebih menitikberatkan pada fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri.
Sekalipun perbedaan di antara ketiga teori itu terasa kental, namun ketiganya memiliki kesmaaan. Kesamaan diantara tiga teori itu adalah: pertama, seluruh teori melibatkan logika, baik logika formal maupun logika material (deduktif dan induktif); kedua, melibatkan bahasa, yaitu adanya kerangkapengujian terhadap pernyataan-pernyataan yang hendak diuji kebenaranya, dan ketiga, adalah pengalaman yang menduduki tempat penting dalam mengetahui kebenaran. Untuk lebih jelasnya, ketiga teori kebenaran ini akan dijelaskan berikut ini:

Teori Koherensi
Teori koherensi adalah satu di antara dua teori tradisional tentang kebenaran. Dalam perspektif sejarah, kelahiran teori ini hampir berbarengan dengan lahirnya metafisika dan idealis.

Oleh karena itu, muncul juga suatu anggapan bahwa teori ini hanya berlaku di kalangan met nfis ikn – ras ionnl is dan ideal is. Namun demikian, sejarah juga mencatat bahwa positivistic yang mendasarkan kebenaran pada fakta-fakta empiris dan menggunakan matematika murni dan fisika teoritis pada akhirnya tidak dapat mengelak atas kepentingannya untuk mengakomodasi teori ini.

Teori Koherensi secara teoretis pertama kali dicetuskan Benedictus Spinoza dan George Hegel. Meskipun demikian, menurut Titus, Smith dan Nolan (1984), bibit-bibit teori ini sebenarnya sudah ada sejak pra Socrates. Spinoja kemudian mematangkan teorinya ini dan terus dikembangkan oleh penganut aliran ini seperti Francois Herbert Bradly, Brand Blanshard, Edgar Sheffield Brightman dan Rudolph Carnap.

Kelompok ini beranggapan bahwa kebenaran adalah sebuah sistem dan seperangkan proposisi yang saling berhubungan secara koheren. Sebuah pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu dapat dimasukkan (incorporated) dengan cara yang tertib dan konsisten dengan dalam konsisten dan koheren. Oleh karena itu, suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan konsistensi dan pertimbangan-pertimbangan lain yang telah diterima keberadaannya.

Logika matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya telah menjadi contoh penggunaan teori koherensi yang paling tepat. Logika matematika disusun atas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar atau aksioma yang menghasilkan teorema. Di atas teorema ini, menurut Jujun S. Surisumantri, matexnatika secara keseluruhan menjadi satu system yang konsisten. Oleh karena itu, logika yang digunakan dalam teori koherensi adalah logika deduktif yang menguji kebenaran terhadap kemungkinan adairya relasi- relasi dengan anggota lain. Logika ini memastikan bahwa simpulan itu benar jika premis-premis yang digunakannya juga benar.

Contoh sederhana dari teori ini adalah “Semua manusia yang normal pasti akan menikah”. Pernyataan ini adalah pernyataan yang benar. Oleh karena itu, pernyataan yang menyebutkan bahwa Puspa adalah gadis yang normal, dan pasti ia akan menikah adalah benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pertanyaan pertama. Sifat koheren atau konsisten dengan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya yang dianggap benar, dengan demikian menjadi sangat khas dari teori kebenaran ini.

Teori Korespondensi
Jika teori koherensi dianut oleh kaum metafisika-rasionalis, maka teori korespondensi dianut oleh kaum realis. Kebenaran, menurut kelompok ini adalah kesetiaan terhadap realitas objektif (fidelity to objective reality), yakni: adanya kesesuaian antara pernyataan tentang fakta, atau pertimbangan (Judgement) dengan situasi yang dilukiskan oleh pertimbangan itu.

Artinya, suatu pernyataan baru dianggap benar jika materi pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu dikorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju pleh pernyataan tersebut. Jika seseorang dinyatakan bahwa BJ. Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga setelah Presiden Soeharto, maka pernyataan ini adalah benar sesuai dengan objek yang bersifat factual. Andaikan ada pernyataan yang menyebutkan bahwa B.J. Habibie adalah presiden pertama, maka pernyataan itu salah, sebab, pernyataan itu tidak sesuai dengan realitas dan fakta sebab Presiden pertama itu adalah Soekarno.

Teori ini sama seperti teori sebelumnya yang mulai berkembang sejak jaman Yunani Kuna. Jika pada teori koherensi mulai ada sejak Socrates, maka teori ini baru rmrncul ketika Aristoteles mencetuskan adanya keharusan bagi sebuah kebenaran dengan landasan dan pertimbangan fakta empiris. Pemikiran Aristoteles ini kemudian dikembangkan oleh tokoh semacam Ibnu Sina dan Thomas Aquinas di abad skolastik dengan merumuskan teorinya pada apa yang disebut dengan “teori kememadaian”.

Kelompok ini beranggapan bahwa suatu kebenaran itu baru diakui jika kebenaran itu dirumuskan dengan adanya kememadaian pikiran atas bendanya (edaequntio intelectus et rex). Kebenaran dengan demikian, tidak hanya melekat di dalam inteiek tetapi ia juga melekat di dalam benda-benda. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa teori ini menganggap suatu pemyataan itu benar jika berkorespondensi dengan realitas. Apabila sebuah gagasan selaras dengan pasangannya (counterpart) dalam dunia realitas, maka gagasan itu menjadi benar.

Teori korespondensi sebagai salah satu teori kebenaran jelas dipakai dalam cara berpikir ilmiah. Penalaran teoritis yang mendasarkan diri pada logika deduksi jelas mempergunakan teori koherensi, sedangkan logika induksi menggunakan teori korespondensi. Fakta dianggap kelompok ini sebagai sesuatu.yang netral.

Fakta yang benar, juga tidak salah. Letak kemungkinan salah atau benar bukan pada fakta, tetapi pada gagasan, pemyataan dan keyakinan adalah tidak cukup untuk meyakinkan kebenaran, tetapi butuh dibuktikan dengan meneliti apakah terdapat hubungan (koresponden) antara dunia idea dengan dunia nyata (fakta) yang mereka cerminkan. Kebenaran adalah sejumlah keyakinan rasional yang menggambarkan atau mengidentikkan dengan unsur- unsur dan struktur alam semesta.

Teori ini menurut Titus dan Nolan (1984: 239) mengasumsikan bahwa: “pengetahuan kita bukan saja atas pertimbangan diri sendiri, tetapi ia harus didukung oleh keadaan nyata di samping pengalaman”. Bahkan secara ektrem, kelompok ini menganggap bahwa tanpa campur tangan akal (rasio), dunia telah dapat dipersepsi secara benar sebab dunia adalah sesuatu yang universal.

Teori Pragmatisme
Teori pragmatisme dapat disebut sebagai teori kebenaran yang paling baru. Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari para filosof berkebangsaan Amerika komunitas filsafat dunia. Teori ini muncul dengan background telah berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke- 19 terutama setelah teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin menempati posisi yang signifikan dalam percaturan pengetahuan. Tokoh-tokoh yang cukup aktif dalam pengembangan teori ini adalah: Charles Sanders Peirce, William James dan John Dewey. (Van Melson, 1954: 130).

Menurut kelompok. ini, suatu pernyataan dianggap benar jika melalui pengukuran diketahui ada atau tidak adanya fungsi kebenaran itu terhadap kehidupan praktis. Mampu atau tidaknya memberi dorongan terhadap aksi, karena hanya dengan cara itu ia berkorespondensi dengan realitas. Artinya, suatu pernyataan menjadi benar atau konsekwensi dari pernyataan itu benar apabila mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

Gagasan yang benar, menurut kelompok ini adalah gagasan yang dapat diasimilasi, validitasnya dan dapat diuji, berkolaborasi dan mampu dilakukan verifikasi. Kebenaran terjadi pada suatu gagasan. Gagasan menjadi benar dan dibuat benar oleh suatu peristiwa. Oleh karena itu pula, kebenaran menurut kelompok ini adalah particular, sebab terdapat banyak kebenaran individual.

4. Coba jelaskan berapa istilah berikut, yaitu : ontonologis, epistemologi dan exiologis..!!
1.Ontologis
Pada dimensi ontologis in, digunakan untuk memperoleh atau melihat sudut pandang  dari ilmu pengetahuan, atau mengetahui bagaimana seseorang memperoleh dan mengunakan ilmu pengetahuan. Dan dimensi ini ialah sesuatu yang suguh ada dan nyata. Seperti dunia ini ada, dan memang benar-benar ada. 
2.epistemologi
Landasan yang mampu membantu memandang realitas secara lebih dalam dan menyelesaikan persoalan masa kini sesuai dengan budaya bangsa.
3.exiologis
Definisi yang membahas ilmu pengetahuan, nilai-nilai yang memberi batasan-batasan bagi pengembang ilmu. 


EmoticonEmoticon